
Sajak Puisi - Embun Gunung by Nurholis dan Asifudin
Embun Gunung
Menurut arloji yang melingkar di pergelangan tanganku waktu belumlah larut
Tetapi aku sudah mulai menggeledah perlengkapan tidur di dalam ranselku
Untuk kemudian terebah badanku yang terasa lelah hampir seharian menyusuri lembah
Perjalanan yang telah mengantarkan pada titik dimana lelah mulai menyapa
Dengan beberapa pakaian yang kugulung satu menjadi bantal untuk kepalaku
Menyerahkan malam ini dan esok pagi seperti apa karena alam punya caranya kerjanya
Mataku masih bersabar menunggu kantuk yang belum juga menghampiri
Menatap ke langit-langit tenda yang gelap sesekali kerling senter menghampiri
Aku mulai merasakan bahwa di luar sana hembusan angin yang jenuh di tengah malam
Mulai bekerja sama membuat embun yang dinginnya menyapa alamat daun-daun
Membalut dengan erat dari pohon dan ranting-ranting yang sudah berlumut lama
Mengobati dahaga yang sepanjang siang telah dibuai kehangatan matahari
Esok pagi embun menjelma pada belantara raya menebar pesona jernihnya
Pepohonan yang basah dan aroma alami dari tanah menjadi penenang hati
Perlahan kicau burung-burung mulai mengisi kesunyian tanda dimulainya hari
Awan putih bersih sebagian masih betah menyelimuti ujung-ujung hutan
Semesta akan kembali memulai siklus kehidupannya yang berwarna-warni
Ketika matahari memperlihatakan wajahnya yang menyembul dari balik awan
Dari tenda-tenda sebelah mulai ramai terdengar oh dingin sudah pagi dan lain-lain
Kita semua bersyukur sudah berjuang dan bisa sampai di ketinggian ini
Dan masih beberapa ratus meter lagi ke atas ketinggian gunung ini akan kita daki
Untuk kemudian akan kembali turun dengan dengan kelelahan yang serupa
Panjangnya perjalanan dan lamanya waktu mesti menjadi pelajaran maha berharga
Tak perlu ada jumawa tetapi pasca pendakian kita perlu lagi belajar etika di alam
Agar siapapun yang datang dalam pendakian berikutnya masih bisa menyaksikan
Keindahan alam yang pernah kita nikmati dengan seluruh pesona terbaiknya
Oleh Nurholis feat Asifudin